Siapa yang tak mengetahui tentang nabi Muhammad?
Teladan Akhlak Bagi Kalian yang Sedang Diuji dengan Perasaan
Manusia terbaik dari segala pandangan. Teladan bagi umat manusia disegala usia. Manusia dengan segala macam akhlak terbaik. Segala macam bentuk kegelisahan hidup manusia, bagaimana cara menyikapi dan menjalani kehidupan dapat kita pelajari dari beliau. Namun bagaimana dengan kehidupan pemuda yang sedang kasmaran yang mencoba berjuang tapi berujung tak ada restu? Apakah ada kisah teladan yang mampu menjadi inspirasi para pemuda untuk menjalani hidup dengan positif? Apakah manusia terbaik disegala zaman bisa juga merasakan hal yang begitu sakit bagi pemuda kasmaran? Pernahkah kita merasakan adanya pertanyaan seperti itu?
Terutama bagi para pemuda dan pemudi yang saling kasih dan mencoba berjuang mencari ridho namun tak berujung pada kata restu. Tentu itu akan terasa sangat sakit. Segala macam hal yang kita lakukan terasa sangat berat. Ingin rasanya mulai menyerah dengan hidup. Bahkan mulai tak percaya dengan hikmah dibalik perjuangan dan doa sehingga menjauhkan diri seseorang dari Tuhan. Ujian perasaan adalah ujian paling berat yang dirasakan sebagian besar pemuda. Lantas, jika itu terjadi apa yang mesti dilakukan? Haruskah kita membawa pasangan kita lari dan memaksakan kehendak? Atau bagaimana?
Bagi kalian yang pernah merasakan perasaan semacam ini ketahuilah bahwa Tuhan itu Maha Adil. Tuhan memberikan ujian bukan tanpa jalan keluar, telah disiapkan jalan keluar terbaik bagi hamba yang sedang diuji. Coba simak kisah dibawah ini. Kisah teladan dan akhlak yang sangat perlu kita contoh dari manusia terbaik segala zaman.
Sebagian besar umat Islam mengetahui bahwa Nabi Muhammad terlahir Yatim. Sejak kecil beliau terbiasa hidup mandiri dan tidak merepotkan manusia lain, bahkan dimanapun beliau berada selalu membawa barokah. Tak dapat kita nafikan bahwa akhlak beliau sejak kecil mencerminkan kepribadian manusia terbaik. Sejak masa kanak-kanak Nabi Muhammad terbiasa mengais rezeki dari usahanya sendiri. Mulai dari menggembala kambing, hingga berdagang ketika mulai menginjak masa dewasa. Dengan segala sikap terpujinya dan kejujuran yang diakui oleh umat pada zaman itu tidak menutup kemungkinan dengan segala usahanya mampu menjadikan sebagai pemuda yang kaya dengan berlimpah harta. Namun beliau adalah pemuda yang wara' nan Zuhud. Beliau diciptakan untuk urusan yang lebih besar dari pada urusan harta duniawi. Karenanya Nabi Muhammad tidak hidup untuk mengejar kemewahan hidup sebagaimana manusia pada umumnya.
Itulah yang menjadi kegelisahan tersendiri bagi Abu Thalib (paman nabi). Paman nabi hidup miskin dan serba kekurangan. Diusia senjanya, dikala tak ada lagi pekerjaan, apalagi untuk bersafar dagang sebagaimana penduduk Mekkah pada umumnya. Seperti halnya harapan orang tua, Abu Thalib memiliki harapan ingin agar anak saudaranya yang sangat dikasihinya menjadi saudagar besar. Ia melihat anak saudaranya memiliki sifat yang sempurna, dengan itu ia mampu untuk hidup bergelimang harta dan kaya raya. Akan tetapi Nabi Muhammad memiliki garis hidup sendiri, beliau lebih terfokuskan untuk memperbaiki hati dan jiwanya, disiapkan untuk menghadapi kehidupan yang bukan kehidupan kita. Dan Abu Thalib tidak mengetahui perkara sebenarnya yang dihadapi oleh Nabi Muhammad.
Abu Thalib memiliki putri bernama Fakhitah yang usianya sedikit lebih muda dari Nabi Muhammad. Suatu ketika Nabi Muhammad memberanikan diri mengatakan kepada pamannya untuk meminta agar pamannya mau menikahkan beliau dengan putrinya. Mendengar itu, pamannya diam, dan tidak menjawab sedikit pun. Bisa jadi, pamannya ingin agar Fakhitah dinikahi oleh lelaki yang kaya dan berharta. Tetapi ia dilamar oleh pemuda miskin dan serba kekurangan. Nabi Muhammad hanya bisa diam dan menunggu jawaban dari pamannya.
Setelah dilamar Nabi Muhammad, Fakhitah dilamar oleh pemuda lain bernama Hubairah bin Wahab bin Umar, dan Abu Thalib menyetujui lamaran itu dan menikahkan putrinya dengan Hubairah. Mendengar itu Nabi Muhammad datang menemui pamannya, lantas berkata "Pamanku, anda nikahkan dia dengan Hubairah dan tidak mempedulikan ku?" . Dengan bijak pamannya memberi alasan, "Wahai anak saudaraku, kami telah menjalani perbesanan dengan keluarganya. Dan orang mulia sepertimu hanya pantas untuk orang mulia juga." Mendengar penuturan pamannya, Nabi Muhammad diam, dan kembali mnyibukan diri dengan rutinitasnya.
Masalah pernikahan tidak begitu menjadi perhatian Nabi Muhammad. Karena proses pembinaan dan pensucian jiwanya sudah mendarah daging. Hawa nafsu tidak bisa menguasai beliau atau menundukkan perasaan beliau. Tetapi, diri sendirilah yang mengendalikan perasaannya, menundukkannya, dan mengarahkan ke jalan kebenaran. Beliau tidak suka melihat wanita asing, atau tergila-gila pada wanita manapun dan secantik apapun ia.
Tidak dapat diragukan, jika saja Abu Thalib setuju untuk menikahkan Nabi Muhammad dengan putrinya, tentu hatinya akan melemah. Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad tidak suka merasa lebih unggul dari orang lain. Pertolongan Allah selalu mengarahkannya dan tidak pernah sedikitpun terpisah dari beliau.
Rasa jengkel terhadap pamannya hanya sebentar saja, semua sudah selesai dengan terselesaikannya pembicaraan. Nabi Muhammad tidak mengambil hati yang dapat mengganggu hubungan beliau dengan pamannya. Beliau terus menjalani kehidupan seperti biasa. Kecintaan terhadap pamannya tidak akan pernah pudar, pamannya telah memberikan arti yang sangat besar dalam kehidupan beliau.
Dari kisah diatas, dapat kita ambil ibrah, manusia terbaik saja juga diuji dengan perasaan, bagaimna kita sebagai manusia biasa menolak rasa sakit yang sebenarnya itu adalah Rahmat?
Ketahuilah kawan, Tuhan itu maha Adil. Dan tak akan pernah membiarkan kita sendirian.
Selalu ada obat dari segala macam penyakit, selalu ada jalan keluar dari segala macam cobaan.
Cobalah kita belajar menyikapi sesuatu dengan pandangan Rahmat.
Perbaiki akhlak kita juga bagaimana cara kita husnudzon dengan takdir Allah.
Dan jika itu benar benar terjadi, jangan sampai memiliki rasa benci dan dendam kepada orang atau keluarga yang menghalangi kita. Coba tirukan akhlak Nabi yang tetap menyayangi pamannya.
Jika Hawa yang kita perjuangkan bukanlah Hawa yang tertulis untuk kita, ketahuilah Tuhan telah menyiapkan Khadijah terbaik untuk kita
Jika Adam yang kita sebutkan dengan air mata dan sujud dalam setiap malam bukanlah Adam yang tertulis untuk menjadi imam kita, maka ketahuilah bahwa Tuhan telah menyiapkan Muhammad terbaik untuk kita. Apa yang kita anggap baik belum tentu baik dihadapan Allah, dan apa yang kita anggap jelek belum tentu jelek dihadapan Allah.Allah maha tau apa yang terbaik untuk kita.
Jodoh gak akan kemana. So, ayo kembali bangkit, dan jalani rutinitas kehidupan dengan kembali semangat.